“Krupuk Rambak Exstrim” Ala Depot Indah.
aliansirakyatnews.com, Lamongan -Tidak Hanya Diolah Sebagai Menu Masakan Pedas, Kulit Biawak ini bisa di jadikan Krupuk, ya Krupuk Kulit Biawak ini hanya Ada Di Depot Indah Desa Sumbersari Sambeng Lamongan.
Terlihat Tangan Dayat seorang karyawan dari Depot indah sangat cekatan, menguliti, memotong dan menggunting lembaran-lembaran kulit Biawak dengan warna hijau kehitaman dengan motif belang-belang dan bintik-bintik putih.
Tangannya memegang pisau dengan sesekali berganti gunting. Dengan cekatan, Dayat memotong sebuah kulit menjadi persegi panjang. Kulit berbentuk persegi itu diletakkan di sebuah baki yang lantas ditata di gedek guling (anyaman bambu).
Lembaran persegi panjang kulit itulah yang hendak dimasak untuk bahan baku kerupuk rambak. Namun, Anda jangan kaget, Dayat tak sedang mengolah kulit sapi atau kerbau untuk dijadikan kerupuk rambak.
Dayat ternyata sedang mengolah kerupuk rambak berbahan kulit biawak. Ya, memang itu kulit biawak yang hendak dimasak untuk bahan baku.
“kerupuk rambak ekstrim”, karena bukan berbahan seperti lazimnya kerupuk rambak yang beredar di pasaran.
Persis di ruangan sebelah, tepatnya di dapur, Kustiningsih, juga tengah sibuk menggoreng kulit biawak yang diolah menjadi kerupuk rambak di sebuah wajan besar.
Suasana di dalam ruang dapur penggorengan itu pun terasa panas. Api dari kompor gas membara memanaskan minyak, demikian pula uap penggorengan dari wajan, tetapi dari sana terhirup aroma gurih.
Seperti itulah suasana pembuatan kerupuk rambak berbahan kulit biawak di dapur Depot Indah, Dusun Klubuk, Desa Sumbersari, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Rambak yang sebenarnya merupakan kuliner ringan berupa kerupuk untuk pelengkap makan, biasanya berbahan kulit sapi atau kulit kerbau, namun rambak dari Depot Indah ini berasal dari pemanfaatan kulit-kulit biawak sisa dari pengolahan kuliner ekstrim.
“Kulitnya nyambek (biawak) ini sisa dari masakan biawak bumbu rujak,” kata Dayat, yang merupakan karyawan Depot Indah.
Untuk proses pengolahannya kerupuk rambak berbahan kulit biawak sendiri, sambung Dayat membutuhkan waktu yang cukup lama.
“Biawak pertama dikuliti, setelah itu dipotong-potong seukuran jari panjang dan lebarnya, lalu di cuci bersih, habis itu direbus sampai lunak,” ucapnya.
Setelah lunak, rambak kulit biawak tersebut, lantas diberi bumbu-bumbu, untuk selanjutnya dijemur di bawah terik matahari.
“Dijemur sampai kering baru setelah itu di goreng,” tutur Dayat.
Menurut Dayat, mulai dari proses menguliti biawak sampai digoreng, membutuhkan waktu selama dua hari, bahkan bisa lebih.
“Dari berat 1 kwintal biawak bisa jadi 10 kilogram kerupuk,” ujarnya.
Di dapur itulah, Dayat dan Kustiningsih selalu sibuk untuk mengolah rambak untuk kemudian dijual di Depot Indah, sebagai kuliner ringan berupa kerupuk untuk pelengkap makan.
“Satu bungkus di jual 3 ribu rupiah, ukuran ½ ons,” kata pemilik Depot Indah, Kustiningsih.
Industri kerupuk rambak yang dijalankan Kustiningsih merupakan hal yang baru. Namun, dalam sehari untuk kuliner ringan ini bisa mengantoni keuntungan Rp90 ribu.
“Sehari bisa habis terjual 30 bungkus, itu sama dengan satu kilogram kulit biawak,” ujarnya.
Lalu bagaimana dengan rasa dari kerupuk rambak kulit biawak ini.
“Rasanya gurih-gurih asin gitu, cita rasanya khas, dan yang pasti renyah banget,” ucap Eko, satu di antara penikmat kerupuk rambak unik ini.
Penulis : Agus
Editor : Red
Publisher : Admin
* Sumber : Time Lamongan