Pemkab Tuban ‘Nanggap’ Wayang Kulit Lestarikan Budaya
Tuban – Pagelaran Wayang Kulit menjadi kegiatan pamungkas rangkaian kegiatan peringatan HUT ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2019, Jumat (30/08/2019) malam.
Bertempat di Alun-alun Tuban, pagelaran wayang kulit dibuka dengan penyerahan wayang dari Wakil Bupati Tuban kepada Ki Dalang Kukuh Ridho Laksono asal kecamatan Parengan, Tuban.
Pada kesempatan ini, juga dikukuhkan Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Provinsi Jawa Timur mengukuhkan kepengurusan PEPADI Kabupaten Tuban. Selain itu, juga diserahkan piala dan penghargaan kepada para pemenang lomba yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Turut hadir pada kegiatan ini anggota Forkopimda; Kepala BNNK Tuban; Sekretaris Daerah; Ketua PEPADI; sejumlah pimpinan OPD dan Camat; perwakilan BUMN/BUMD dan Perbankan. Masyarakat tampak antusias dan memadati panggung pagelaran wayang kulit dengan lakon “Sang Bratasena”.
Dalam sambutannya, Wabup Tuban, Ir. H. Noor Nahar Hussein, M.Si., menyampaikan Pemkab Tuban menggelar pagelaran wayang kulit 2 kali dalam setahun, yaitu pada Peringatan Kemerdekaan dan Hari Jadi Kabupaten Tuban. Kegiatan ini sebagai upaya Pemkab Tuban dalam rangka melestarikan budaya luhur bangsa Indonesia. “Pagelaran wayang di Bumi Wali ini masih tetap eksis karena memiliki pengemar yang cukup banyak,” ungkapnya.
Lebih lanjut, pagelaran wayang kulit menjadi tontonan sekaligus tuntutan bagi penikmatnya. Di setiap lakon yang dimainkan termuat nilai-nilai luhur yang menjadi jati diri bangsa Indonesia. Besarnya nilai positif yang terkandung, Pemkab Tuban akan memasukkan seni wayang kulit dalam muatan lokal pada pendidikan karakter berbasis budaya di kabupaten Tuban.
Wabup Tuban mengajak masyarakat untuk mencintai pewayangan. Hal ini sejalan dengan visi kabupaten Tuban yang lebih religius. “Nilai keagamaan hendaknya membumi dan selaras dengan kebudayaan seperti yang diajarkn Walisongo,” jelasnya. Wabup dua periode menginstruksikan agar Disparbudpora bersinergi dengan PEPADI kaitannya dengan pelestarian pewayangan di Bumi Wali.
Untuk diketahui, lakon Bratasena mengisahkan tentang kegigihan dan semangat perjuangan Raden Bratasena meraih cita-cita dalam mewujudkan negara Amarta yang gemah, ripah, loh jinawe, tata tentrem kerta raharja. Raden Bratasena yang juga dikenal Bima atau Werkudara harus menghadapi rintangan dan ujian berat. Dengan keteguhan hati yang dimilikinya, Raden Bratasena mampu menciptakan kemakmuran dan keadilan di negaranya. (Mj)