Kirab Boyongan Ajang Edukasi Sejarah Pati
Pati – Masyarakat Kabupaten Pati hari ini tumpah ruah ke jalan untuk menyaksikan Kirab Prosesi Hari Jadi Kabupaten Pati ke-696.
Ditemui di ruang kerjanya sesaat sebelum menuju Pendopo Genuk Kemiri, Bupati Pati Haryanto menyampaikan harapannya agar prosesi kirab boyongan bisa dimanfaatkan warga masyarakat khususnya generasi muda untuk belajar sejarah tentang Pati.
“Sayang bila momentum lima tahunan ini dilewatkan sebab prosesi boyongan ini merupakan tonggak berdirinya Kabupaten Pati. Sehingga ini sekaligus bisa jadi ajang edukasi tentang Sejarah Pati”, ujarnya.
Lebih lanjut, Ahmadi, Kabag Humas Setda Kabupaten Pati yang juga merupakan salah satu penulis Buku Sejarah Pati menjelaskan kirab bahwa kirab itu disebut sebagai tonggak berdirinya kabupaten lantaran boyongan yang terjadi pada tahun 1323 itu diyakini sebagai tahun pindahnya Kadipaten Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan untuk kemudian menjadi Kabupaten Pati.
Hal itu, menurut Ahmadi, dikuatkan dengan Perda Nomor 2 Tahun 1994 yang telah menetapkan tanggal 7 Agustus 1323 sebagai Hari Jadi Kabupaten Pati.
Prosesi tahun ini diawali dengan pengambilan duplikat pusaka Kuluk Kyai Kanigoro dan Keris Kyai Rambut Pinutung di Pendopo Genuk Kemiri.
Kedua pusaka ini selama ini terpampang pada lambang Kabupaten Pati.
Setelah para tamu undangan berkumpul di kanan kiri Pringgitan Pendopo Genuk Kemiri, acara pun dibuka oleh MC Bahasa Jawa.
Bupati Pati Haryanto pun duduk di Kursi Singgasana.
Setelah itu, duplikat pusaka yang diambil oleh Kades Kemiri diberikan pada Ketua DPRD untuk selanjutnya diserahkan ke Bupati Haryanto.
“Oleh Pak Bupati, pusaka itu lantas diberikan kepada Camat Pati yang kali ini berperan sebagai cucuk lampah untuk kemudian dimasukkan tandu dan diberangkatkan menuju Pendopo Kabupaten Pati”, terang Ahmadi.
Rombongan kirab pun berangkat dengan dipimpin oleh Cucuk Lampah yang naik kuda dengan didampingi dua Manggolo Yudho berkuda yang diperankan oleh Camat Pucakwangi dan Camat Gabus.
Warga masyarakat pun berjejalan memadati rute kirab yang melintasi Jalan Raya Sarirejo, Jalan Kembang Joyo Klegen Kalidoro / Jalan Pantura, Jalan Pemuda Klegen Sidoharjo, Jalan Pemuda Pati Kidul, Jalan Tombronegoro, dan finish Kantor Bupati Pati.
Tak kurang delapan kereta kencana keraton lengkap dengan kuda istimewa membawa Forkompimda beserta istri.
“Di keraton saja kereta kencana ini tak setiap saat bisa ditemui, maka mumpung ada di Pati, silahkan disaksikan”, pinta Kabag Humas.
Sementara itu, bagi masyarakat kota Pati yang rindu kehadiran dokar/andong di tengah kota, kirab ini bisa jadi obatnya karena ada puluhan dokar yang disiapkan untuk dinaiki rombongan pimpinan OPD peserta kirab.
Suasana kian meriah lantaran ada para Duta Wisata, Pati Batik Carnival, berbagai kesenian tradisional lokal, bahkan tiga gunungan yang siap diperebutkan.
Sesampai di Pendopo Kabupaten, pusaka yang dikirab tersebut diserahkan Bupati kepada Sekda Pati Suharyono untuk disimpan.
Setelah itu digelar lah prosesi jumenengan yang juga masih merupakan rangkaian kirab boyongan.
Dalam prosesi ini, para tamu undangan mendengarkan serat kekancingan (Perda Nomor 2 Tahun 1994 tentang Hari Jadi Kabupaten Pati) dan sejarah singkat Kabupaten Pati.
Bupati Pati Haryanto yang bergelar Kanjeng Raden Aryo Haryanto Notodiningrat kemudian menutup prosesi jumenengan dengan menyampaikan pidato dalam Bahasa Jawa.
Kemudian warga yang menyaksikan di seputaran Jalan Tombronegoro pun semakin riuh lantaran Bupati langsung menuju ke jalan depan Kantor Bupati guna menyaksikan masyarakat berebut gunungan Hari Jadi dan menyaksikan pertunjukan tari kolosal. (Ag)