Gerak Cepat Distanpangan Kudus Atasi Serangan Ulat Bulu
Kudus – Pelayanan cepat mengatasi masalah ditengah masyarakat terus dilakukan jajaran Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertanpangan) Kudus yang dikomandani Catur Sulistiyanto S.Sos MM. Kali ini melaksanakan pembasmian serangan ulat bulu di Desa Demaan Kecamatan Kota, tepatnya di jalan Puger, Selasa (10/04).
Ceritanya, pada Senin (09/04) malam, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kudus, Catur Sulistiyanto mendapatkan laporan dari keluarga Umar Ali bila di kawasan Jl Puger yakni di lahan bekas gudang tembakau terdapat banyak ulat bulu. Jumlahnya sudah mencapai ratusan sehingga mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Berdasarkan laporan tersebut, lalu menugaskan pada petugas POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) agar esok harinya untuk memeriksa lokasi dan ditindaklanjuti.
Kemudian, Selasa pagi tadi dua petugas POPT yakni Didik Kuswadi dan Ali Mas’ud bersama staff Bidang Tanaman Pangan pada Dispertanpangan Kudus datang ke lahan bekas gudang tembakau Sayid Abdul Baagil di Jalan Puger.
“ Ini memang harus segera kita tanggapi dan tindaklanjuti dengan pembasmian pakai insektisida. Sebab, kalau sampai ulat-ulat bulu ini berkembang pesat maka bisa mengganggu kenyaman masyarakat sekitar. Ya , keberadaan ini ulat bulu tidak membahayakan nyawa, tetapi mengganggu kenyamanan. Bikin gatal kulit dan jijik warga ,” ujar Didik Kuswadi sambil menyiapkan tangki untuk diisi insektisida.
Menurut Didik Kuswadi, sumber perkembangan ulat bulu ini dari tanaman liar yang tidak pernah dibersihkan. Sehingga jadi sumber berkembangbiak ulat. Urutannya, kupu-kupu berwarna kuning dan coklat berdatangan seiring pergantian musim hujan ke musim kemarau. Mereka meletakkan telur-telurnya di daun-daun pepohonan. Kemudian menjadi ulat yang makan daun-daun tempatnya menetas.
“ Kalau dulu, ulat-ulat ini menjadi makanan burung ences dan prenjak. Tapi dalam dua tahun terakhir ini kan burung-burung seperti menghilang dari area perkotaan. Entah diburu warga untuk dikonsumsi atau dijual untuk dipelihara. Nah, karena lingkaran ekosistem alam menghilang satu, maka ulat-ulat itu menjadi berkembang tidak terkendali. Akibatnya ya seperti ini. Ulat-ulat bulu menyebar ke tembok-tembok warga karena mencari sumber makanan ketika daun-daun habis. Masa perkembangan ulat-ulat adalah waktu Mareng ( pergantian dari penghujan ke kemarau) dan Laboh (kemarau ke penghujan) ,” jelasnya.
Guna menghadapi serangan ulat bulu di jalan Puger Desa Demaan Kecamatan kota itu, Didik Kuswadi menyiapkan 2,5 liter insektisida dari Dinas Pertanian dan Pangan. Kondisi angin yang cukup kencang sedikit menghambat penyemprotan oleh petugas. Namun, pembersihan ulat bulu di dalam lahan yang penuh tanaman liar itu selesai sebelum adzan dluhur.
“ Untuk saat ini karena kondisi darurat, kita menggunakan insektisida atau zat kimia. Namun untuk jangka panjang, kita berharap agar masyarakat tidak melakukan perburuan terhadap burung-burung yang bisa menjadi predator para ulat bulu. Sebab bagaimanapun akan lebih baik bila pencegahan perkembangan ulat bulu terlaksana secara alami ,” pungkasnya.
(put/distanpangan)