Sunday, 12-05-2024 04:46:27 pm

Breaking News

Terserempet Bus, Warga Kapas Meninggal Dunia
Home / / Detail berita

Tradisi “Nyumbang” Dalam Budaya Masyarakat Jawa

AliansiRakyatNews -
(1731 Views) Sabtu, 25 Agustus 2018 - 12:42


Opini – Bulan Besar dalam penanggalan Masyarakat Jawa atau dalam kalender Islam disebut Dzulhijjah bagi masyarakat Jawa adalah bulan baik untuk melangsungkan pernikahan.
Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, mereka masih percaya akan pentingnya Itungan Jawa. Hal tersebut dianggap sakral.

Seperti Bulan Besar/Dzulhijjah tahun ini, tambaknya sedang ramai musim Hajatan. Mulai dari Kawinan, Khitanan hingga membangun rumah. Dengan banyaknya Hajatan tersebut kita pasti turut disibukan dengan menghadiri hajatan dari para keluarga, saudara, sahabat maupun teman dan relasi.

Pada saat menghadiri undangan tersebut biasanya membawa Cangkingan atau buah tangan untuk yang punya hajat. Kebanyakan berupa hasil bumi dan lain sebagainya sebagai kebutuhan pesta hajatan. Tradisi inilah yang dikenal masyarakat Jawa dengan istilah Nyumbang. Sebaliknya seperti biasanya saat kita datang berkunjung kita di jamu dengan hidangan makanan dan mungkin juga hiburan. Serta saat pulang kita di beri imbalan berupa berkat makanan.



Seiring waktu, tradisi nyumbang ini digantikan dengan budaya ‘ngamplop’. Tak perlu lagi membawa bahan makanan yang berat, cukup uang dalam amplop yang bisa dikantongi. Tapi untuk beberapa daerah pedesaan, tradisi nyumbang masih umum dilakukan.

Tidak ada aturan baku Mengenai besaran jumlah uang atau barang untuk Nyumbang ke Shohibul Hajat. Pada hakekatnya,Nyumbang bersifat suka rela karena didalamnya tetdapat nilai gotong royong dan tenggang rasa. Berapapun nilainya kita Nyumbang, yang terpenting adalah keihlasan dan kerelaan. Nyumbang kecil tetapi ikhlas akan lebih baik dari pada nyumbang besar tapi tidak Ikhlas. Tentu saja yang paling baik adalah Nyumbang besar dengan Ikhlas.

Intinya adalah nyumbang merupakan wujud dari kepedulian sosial dan gotong royong antar kita. Terlebih disaat antara kita yang sedang punya hajat. Sudah menjadi kewajiban kita membatu dalam bentuk apapun. Baik membantu dari sisi materi, tanaga, pikiran serta yang lainya kepada yang punya hajat. Sehingga tetap terpelihara rasa kepedulian untuk menjaga tradisi gotong royong dalam budaya kita bermasyarakat.

(Ks)

3
150%
like
0
0%
love
0
0%
haha
0
0%
wow
0
0%
sad
0
0%
angry



Categorised in: