Thursday, 28-03-2024 11:28:27 pm

Breaking News

Gelar Pamor Keris, Polres Tuban Bagikan Masker Kepada Masyarakat
Home / / Detail berita

Nyadran Padas Malang, Tradisi Masyarakat Desa Sudah Yang Tetap Dijaga Kelestarianya

AliansiRakyatNews -
(1500 Views) Kamis, 22 Maret 2018 - 5:11


Bojonegoro(MALO) – Pagi ini masyarakat Dusun Lebak Desa Sudah Kecamatan Malo bersama-sama menuju ke Petilasan Padas Malang untuk melaksanakan Tradisi Nyadran (Sedekah Bumi). Kamis 22 Maret 2018

Seperti yang di katakan oleh Amari, Spd selaku kepala Desa Sudah bahwasanya Nyadran di Desa Sudah sendiri di lakukan Sebanyak 3 kali dalam Setahun Dan Hal ini merupakan Wujud Uri-uri tradisi Jawa yang memang harus dilestarikan.



“Desa kami 3 kali dalam setahun melaksanakan Sedekah Bumi di Dua Makam dan 1 Petilasan desa kami dan ini adalah wujud bentuk rasa syukur dan uri-uri tradisi jawa yang harus kita lestarikan bersama, ujar kades.

Seperti halnya Siang ini Warga Dusun Lebak Desa Sudah berbondong-bondong Melaksanakan Sedekah Bumi/nyadran di sebuah petilasan Padas Malang yang berada di pinggiran Bengawan Solo.

Lihat Videonya : https://youtu.be/uT5V_kuizgo

“Hari ini Warga dusun Kami melaksanakan Nyadran di Petilasan Padas Malang, ini adalah suatu bentuk rasa syukur dan Meneruskan tradisi adat Leluhur Kita Yang Terdahulu, Ujar Pak Tamat selaku Kyai Sepuh Dusun Setempat.

“Petilasan Padas Malang sendiri menurut Cerita Masyarakat, konon katanya Ditempat tersebut sebelumnya merupakan Bengawan Solo,Dan pada saat air surut di tempat tersebut terlihat ada batu Melintang panjang selatan ke utara, dan sampai saat ini Bengawan Solo sudah berpindah ke selatan tiap airnya surut pun, padas tersebut kadang masih nampak, tambah Pak Tamat.

Pengetahuan Nyadran Menurut Ajaran Kewalian.

Sebagai pengetahuan kita bersama bahwa Nyadran adalah serangkaian upacara peninggalan nenek moyang yang dilakukan oleh masyarakat khususnya masyarakat jawa timur, Nyadran sendiri berasal dari bahasa sangsekerta, sraddha yang artinya keyakinan.

Nyadran merupakan tradisi pembersihan makam atau petilasan oleh masyarakat jawa umumnya di pedesaan. Dalam bahasa jawa sendiri nyadran berasal dari kata sadran yang artinya ruwah syakban.

Nyadran adalah suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan mempunyai puncak berupa kenduri selamatan makam leluhur.

Nyadran berasal dari tradisi Hindu-Budha, sejak abad ke – 15 para Walisongo menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwahnya, agar agama islam dapat dengan mudah diterima.

Pada awalnya para wali berusaha meluruskan kepercayaan yang ada pada masyarakat jawa saat itu tentang pemujaan roh yang pada agama islam dinilai musrik. Agar tidak berbenturan pada tradisi jawa saat itu, maka para wali tidak menghapuskan adat nyadran tersebut, melainkan menyelelaraskan dan mengisinya dengan ajaran islam, yaitu dengan pembacaan Al-Qur’an, Tahlil, dan Do’a. Nyadran dipahami sebagai bentuk hubungan antara leluhur dengan sesama manusia dan dengan Tuhan.

(Agus)

0
0%
like
0
0%
love
0
0%
haha
0
0%
wow
0
0%
sad
0
0%
angry

Categorised in: